Istilah "cerebral palsy", yang dipergunakan secara luas, meliputi kelainan sistem saraf yang ditandai dengan gejala kelumpuhan pada masa bayi atau kanak-kanak. Kelompok heterogen ini mencakup kelainan dan kerusakan pada sistem saraf yang terjadi di dalam uterus, pada saat lahir atau pada masa postnatal yang dini, dan kelainan tersebut disebabkan oleh efek dalam pertumbuhan, trauma lahir, anoxia postnatal, encephalitis atau meningitis intrauterin, cerebrovasculer accident pada masa infancy dan kernicterus.
Cerebral Palsy terdiri atas berbagai tipe: spastik, athetoid, ataxic, rigid dan tremorous. Kombinasi kelompok-kelompok ini sering ditemukan dan dapat disertai efek saraf lainnya yang penting seperti gangguan berbicara, dysphasia, apraxia, hemianopsia dan retardasi mental. Cedera pada otak pada saat lahir harus kita pikirkan kalau terjadi kegelisahan, kesukaran waktu menyusui dan miskinnya gerakan si bayi. Laju perkembangan motorik, kemampuan bicara dan intelektual lainnya dapat mengalami kelambatan pada cerebral palsy. Pada kasus-kasus yang ringan, efek tersebut mungkin tidak diketahui sampai beberapa tahun dan kemudian tampak jelas bahwa anak tersebut terbelakang secara fisik dan intelektual bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya dari kelompok usia yang sama.
Insiden yang relatif dari tipe-tipe klinik cerebral palsy, yang digolongkan berdasarkan keluhan motorik yang utama adalah sebagai berikut: spastik 65%, athetoid 25%, rigid, tremorous, ataxic 10%
Hemiplegia spastik infantil merupakan bentuk cerebral palsy yang paling sering terjadi dan kurang lebih berjumlah sepertiga dari semua kasus. Hemiplegia spastik prenatal jarang terjadi (kurang dari 5%) dan disebabkan oleh malformasi otak atau prenatal "stroke" akibat toxemia. Hemiplegia spastik natal merupakan tipe yang paling sering (65%). Predisposing factor meliputi prematuritas serta berat badan lahir yang besar dan mungkin pula debilitas pada bayi baru lahir atau diathesis perdarahan. Trauma akibat forceps dapat menimbulkan cedera otak dan bahaya fisiologis pada saat lahir dapat menyebabkan cedera kepala fetus yang menjadi penyulit selama persalinan. Disproporsi pelvis, dystocia atau induksi pitocin dapat memperburuk trauma fisiologis. Hemiplegia spastik infantil postnatal sering terjadi (melebihi 30%).Hemiplegia ini terdiri atas lebuh daripada 90% dari seluruh cerebral palsy postnatal, karena sebagian besar cedera otak postnatal adalah unilateral. Biasanya hemiplegia spastik infantil postnatal disebabkan oleh trauma kepala, infeksi dan encephalitis serta kerusakan vasculer. Aphasia motorik sering ditemukan hanya pada hemiplegia kanan postnatal.
Retardasi mental dan serangan konvulsi umumnya terjadi pada segala bentuk hemiplegia spastik infantil. Biasanya ekstremitas atas lebih terkena daripada ekstremitas bawah. Handikap sensorik lebih berat daripada motorik karena proprioseptif dan diskriminasi bentuk menghilang. Kegagalan pertumbuhan dapat berasal dari cerebri sebagai akibat terkenanya gyrus postcentralis. Hemianopsia dapat terjadi setelah kerusakan lobus occipitalis.
Pengobatan pasien-pasien athetosis dengan diazepam (valium), 2-20 mg per hari, ternyata memberikan hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar