Rabu, 01 Juni 2016

Kinesiology Taping Full Knee Support


Physical Therapy for a Frozen Shoulder


Foot Exercises for MS


Spin & Swing

Aksis mekanis ditentukan pada awal gerakan (starting position), dan selama terjadi gerakan, aksis tersebut selalu memelihara hubungan konstan dengan tulang yang bergerak dan bergerak relatif terhadap tulang yang tidak bergerak. Berdasarkan tinjauan aksis mekanis ini, ada 2 macam gerakan tulang, yaitu Spin & Swing.
1. Spin adalah gerakan tulang berputar pada aksis mekanis (aksis mekanis diam). Apabila aksis mekanis dan aksis longitudinal dari tulang yang bergerak menjadi satu, misalnya pada sendi femorotibialis, gerakan spin adalah seperti apa yang secara tradisional kita sebut rotasi pada sendi. Apabila kedua aksis tersebut tidak menjadi satu seperti pada sendi panggul dan bahu, gerakan spin tidak selalu terjadi pada saat terjadi gerakan rotasi. Contoh: spin terjadi pada saat gerakan rotasi internal dan eksternal sendi bahu ketika humerus pada posisi 900 abduksi karena aksis mekanis dan aksis longitudinal humerus menjadi satu. Gerakan rotasi internal dan ekstrenal yang terjadi ketika lengan disamping badan tidak ternasuk spin (pada permukaan sendinya) karena aksis mekanis tidak menjadi satu dengan aksis longitudinal. 

2. Swing merepresentasikan semua gerakan yang tidak termasuk spin. Suatu gerakan dimana ujung aksis mekanis bergerak seolah-olah mengikuti garis lurus (pada permukaan sendi lawannya) disebut Pure Swing, dan apabila ujung aksis mekanis bergerak membentuk suatu arkus disebbut Impure Swing. Impure swing adalah swing yang disertai sedikit elemen spin atau rotasi sekitar aksis mekanis. Komponen rotasi yang selalu menyertai impure swing disebut Conjunct Rotation. Gerakan yang banyak terjadi pada persendian adalah gerakan impure swing, hal ini terjadi pada hamper semua gerakan dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian gerakan yang sering terjadi pada sendi melibatkan unsur conjunct rotation. Komponen rotasi ini walaupun secara kuantitatif sangat kecil tetapi peranannya sangat besar untuk kenormalan pergerakan sendi.  
  

Sabtu, 28 Mei 2016

Gerakan Tulang dan Sendi

Ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia (kinematika) dibagi menjadi 2, yaitu yang mempelajari gerakan tulang disebut Osteokinematika dan yang mempelajari gerakan sendi atau gerakan yang terjadi pada permukaan sendi disebut Artrokinematika. Ada 2 tipe dasar gerakan tulang yaitu rotasi (gerakam berputar pada suatu aksis) dan translasi (gerakan menurut garis lurus). Rotasi dan translasi tulang akan menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi. Rotasi tulang menghasilkan gerakan Roll-Gliding di dalam sendi  dan translasi tulang menghasilkan gerakan Gliding, Traksi ataupun Compression dalam sendi. 3 gerakan terakhir termasuk dalam Joint Play movement.
Rotasi tulang => Roll-Gliding = Gerakan Fisiologis
Translasi tulang => Gliding, Traksi, Compression = Joint Play  

Rabu, 25 Mei 2016

Massage for Carpal Tunnel Syndrome


Joint Play

Joint play adalah istilah yang digunakan dalam Manipulative Therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi di dalam sendi ketika dilakukan gerakan translasi. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi. Ada 3 macam joint play movement yaitu :
1. Traction / traksi
Apabila gerakan translasi tulang arahnya tegak lurus dan menjauhi bidang terapi, serta terjadi perenggangan permukaan sendi disebut traksi. Apabila gerakan tersebut tidak sampai menimbulkan perenggangan sendi disebut distraksi.
Traksi untuk mengurangi nyeri yaitu digunakan traksi grade I / traksi dalam grade II tetapi tidak sampai terjadi slack taken up. Traksi untuk mengurangi nyeri ini dilakukan pada resting position atau actual resting position.
Traksi untuk menambah mobilitas sendi yaitu digunakan traksi grade II untuk meregang jaringan yang memendek, menghambat gerakan dan dilakukan pada resting position atau actual resting position.

2. Compression / Kompresi
Apabila arah gerakan translasi tegak lurus terhadap dan ke arah bidang terapi, dan kedua permukaan sendi saling mendekat / menekan disebut kompresi. Apanila timbul nyeri akibat kompresi sendi, hal ini mengindikasikan adanya lesi sendi. Karena tes gerakan melawan tahanan juga dapat menimbulkan kompresi sendi maka kedua tes tersebut sebaiknya dilakukan secara terpisah, dan tes kompresi sebaiknya dilakukan sebelum tes melawan tahanan. Kompresi sendi dapat membantu membedakan antara lesi artikuler dan ekstra artikuler.

3. Translatoric Gliding
Apabila gerakan translasi yang terjadi paralel / sejajar dengan bidang terapi (bukan sejajar dengan permukaan sendi), dan menimbulkan geseran / luncuran antara kedua permukaan sendi translatoric gliding dan untuk selanjutnya hanya disebut gliding. Gerakan joint play ini dilakukan baik pada saat tes maupun terapi. Dalam melakukan gliding selalu disertai dengan grade I. Gliding yang mungkin terjadi pada sendi hanya kecil (jaraknya sangat pendek) karena kurva permukaan sendi tidak congruent dengan sempurna. Pada gambar dibawah, arah gliding digambarkan dengan 2 panah besar dan traksi grade I digambarkan dengan panah kecil.

Rabu, 11 Mei 2016

Bagaimana Pemeriksaan Stabilitas Sendi Lutut?

Pemeriksaan stabilitas sendi lutut yaitu:
1. Tes laci sorong
Ada 2 macam yaitu laci sorong ke depan (anterior) ditujukan untuk ligamentum cruciatum anterior dan laci sorong ke belakang (posterior) ditujukan untuk ligamentum cruciatum posterior. Prosedur pemeriksaan, posisi pasien tidur terlentang dengan satu lutut yang diperiksa difleksikan (ditekuk) dan yang lain tetap lurus. Pergelangan kaki difiksasi dengan cara diduduki oleh terapis. Kedua tangan terapis memberikan tarikan ke arah anterior untuk mengetahui adanya ruptur tendon crusiatum anterior dan tarikan ke arah posterior untuk mengetahui adanya ruptur tendon crusiatum posterior. Pemeriksaan ini dapat dikombinasikan dengan posisi kaki endorotasi atau eksorotasi.Cara pelaksanaan dapat dilihat dalam gambar 1.

2. Tes hiperekstensi
Ditujukan pada ligamentum cruciatum anterior dan posterior. Adanya lesi dari ligamentum ini akan menambah sudut ekstensi lutut. Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua tungkai lutut ekstensi penuh. Satu tungkai ditekankan ke bawah, fiksasi pada lutut dan pergelangan kaki secara bergantian. Bila hiperekstensi bertambah maka kemungkinan terjadi kerusakan pada simpai sendi atau ligamentum cruciatum anterior. Cara pelaksanaan dapat dilihat dalam gambar 2.

3. Tes hipermobilitas varus
Tes ini untuk mengetahui lesi pada ligamentum collateral lateral. Caranya posisi pasien terlentang diatas bed tungkai yang akan diperiksa berada disamping luar bed dan tungkai yang lain lurus di bed. Salah satu tangan terapis berada disisi medial lutut sebagai fiksasi dan tangan yang lain berada di sisi lateral dari pergelangan kaki untuk memberikan dorongan ke arah dalam. Cara pelaksanaan dapat dilihat dalam gambar 3.

4. Tes hipermobilitas valgus
Tes ini untuk mengetahui lesi ligamentum collateral medial, caranya hampir sama dengan hipermobilitas varus hanya saja posisi tangan terapis yang berfungsi sebagai fiksasi berada disisi lateral sendi lutut sementara tangan yang lain disisi medial dari pergelangan kaki untuk memberikan dorongan ke arah luar. Cara pelaksanaan dapat dilihat dalam gambar 4.

5. Tes gravity sign
Tes ini lebih ditujukan pada ligamentum cruciatum posterior. Prosedur pemeriksaan, posisi pasien tidur terlentang kemudian pasien diminta agar kedua kaki diangkat sehingga femur dan tibia membentuk sudut 90 derajat. Satu tangan menyangga tungkai pada tumitnya dan tangan yang lain merapatkan paha pasien, kemudian dilihat ketinggian tuberositas tibia kanan dan kiri sejajar atau tidak. Bila ketinggiannya berbeda maka bagian yang lebih rendah menunjukkan adanya kerobekkan ligamentum cruciatum posterior. Cara pelaksanaan dapat dilihat dalam gambar 5.

Jumat, 06 Mei 2016

Anatomi dan Biomekanik Sendi Lutut

Sendi lutut disusun oleh os femur, os patella, os tibia dan os fibulla. Permukaan dari femur dan tibia hampir tidak memiliki kesesuaian bentuk. Dimana condylus lateral dan medial berbentuk seperti katrol, sedangkan dataran tibia memiliki permukaan yang hampir rata. Sendi lutut dibentuk oleh tiga persendian yaitu art tibiofemoralis, art patellofemoralis, art tibiofibularis.

Semua permukaan sendi ditutupi oleh tulang rawan dengan ketebalan 3-4 mm. Kapsul sendi merupakan rongga besar, dapat dimasukkan udara sebanyak 30-40 cc. Kapsul melekat ke femur dekat tepi tulang rawan sendi pada epicondylus. Meniskus membantu dalam pembagian tekanan antara femur dan tibia sehingga meningkatkan elatisitas sendi dan membantu pelumasan sendi. Gerak sendi lutut yang utama adalah gerakan fleksi-ekstensi yang terletak diatas permukaan sendi, yaitu melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medial femoris.

Ligamen yang terdapat pada sendi lutut mencakup ligamen krusiatum dan kolateral. Ligamen krusiatum posterior membantu fleksi lutut normal dan mencegah endorotasi secara berlebihan dari tibia pada femur. Ligamen krusiatum anterior menstabilkan ekstensi lutut, mencegah hiperekstensi dan terjadinya hipereksorotasi. Sedang kapsuler dan ligamen kolateral menstabilkan sendi dengan membatasi gerak sendi.

Otot penggerak fleksi lutut adalah m. hamstring terdiri dari m. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus. Selain m. hamstring, fleksi lutut juga dibantu oleh kerja m. gastroanemius, m. popliteus, m. grasilis. Gerakan fleksi dibatasi kontaknya otot-otot jaringan lunak tumit dan bagian posterior paha. Berperan sebagai fiksator dalam gerakan fleksi lutut adalah kontaksi otot illiocostalis dan m. lumborum serta berat paha dan pinggul. Dan otot penggerak ekstensi lutut adalah m. quadriceps terdiri dari m. rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus lateralis dan m. vastus intermedius. Gerakan ekstensi dibatasi oleh ketegangan kapsul dan ligamentum. Sedangkan untuk penggerak rotasi lutut ke arah dalam adalah m. popliteus, m. grasilis dan dibantu oleh m. hamstring bagian dalam sedangkan penggerak rotasi keluar adalah m. biceps femoris dan tensor fascia lata.

Artrokinematika sendi lutut adalah pada femur (konfek) maka gerakan yang terjadi adalah rolling dan sliding berlawanan arah. Saat fleksi, femur rolling ke dorsal dan sliding ke ventral. Saat ekstensi kebalikan dari fleksi. Dan jika tibia (konkaf) bergerak fleksi maupun ekstensi maka rolling dan sliding searah yaitu saat fleksi ke dorsal sedang saat ekstensi ke ventral.

Sendi lutut ditutup oleh kapsul sendi yang berfungsi sebagai pertahanan yang penting terhadap kerusakan sendi. Meniskus adalah bangunan tulang rawan yang berfungsi sebagai lubrikan (pelapis) dan membantu mengurangi goncangan. Meniskus juga membantu tulang femur saat gerakan memutar (rolling) dan saat menggeser (gliding) dimana gerakan ini dapat membatasi fleksi dan ekstensi yang berlebihan dari sendi lutut.

Sendi patellofemoralis adalah sendi jaringan lunak dibawah kontrol beberapa otot dan struktur fascia. Patella merupakan pusat stabilisasi dari semua tenaga statik dan dinamik sekitar sendi patellofemoralis.

Konsep utama biomekanik pada lutut adalah peningkatan tekanan (kekuatan per unit area) dan respon muskuloskeletal pada tekanan ini. Tekanan ini menjadi lebih besar dengan meningkatnya ketegangan quadriceps dan meningkatnya fleksi lutut. Pada orang dengan normal aligament, berdiri dengan kedua kaki dengan tekanan garis weight-bearing dari pusat caput femoral melalui pusat lutut dan melalui pusat pergelangan kaki.

Konsep biomekanik lainnya yang harus dimengerti adalah mekanisme dari axis lutut. Axis anatomis lutut adalah sudut yang terbentuk dari titik pertemuan antara garis dari pusat lutut ke pusat batang femur dan garis pusat lutut batang tibia. Axis mekanis merupakan sudut yang dibentuk oleh pertemuan garis dari pusat proksimal tibia. Variasi axis mekanis berbeda-beda untuk masing-masing individu, biasanya berkisar antara 4-7 derajat.

Kamis, 05 Mei 2016

Low Back Pain (LBP)

A. Definisi LBP
LBP adalah rasa nyeri atau tidak nyaman yang dirasakan pada tulang punggung. Tempat yang paling sering adalah tulang punggung bawah. Dibedakan menjadi 2, akut: waktu singkat, <1 bulan, dapat sembuh sendiri dan kronis: 2-3 bulan, perlu tindakan khusus (FT, pembedahan)

B. Anatomi Spine
Meindungi struktur penting: spinal cord. Terdiri dasi susunan tulang vertebra, yaitu:
7 ruas tulang servikal: yang menyangga kepala
12 ruas tulang torakal: terikat dengan aorta (sangat stabil)
5 ruas tulang lumbal: vertebral body terbesar
5 ruas tulang sakrum: yang berhubungan dengan pelvis (penyangga berat badan)
koksigis

C. Gejala Klinis
1. Rasa terbakar
2. Nyeri
3. Nyeri hilang timbul
4. Rasa kesemutan / kelemahan tungkai / kaki

D. Penyebab LBP
1. Paraspinal muscle strain / spasme / kontraktur
2. Ruptur atau herniasi diskus
3. Degenerasi diskus (osteoarthritis)
4. Spinal stenosis (penyempitan canalis spinalis)
5. Robekan otot atau ligament yang menyangga punggung
6. Fraktur karena osteoporosis
7. Mis alignment of the vertebrae: spondylolisthesis
8. Spine abnormality (scoliosis)

E. Diskus
Terletak diantara 2 corpus vertebra
Terdiri dari annulus fibrosus (di luar: terdiri dari cartilage) dan nucleus propulsus (di dalam: seperti jelly)

F. Struktur sekitar
Paraspinasus muscle dan ligament (umtuk memperkuat dan memungkinkan gerakan antar tulang vertebra)
Otot perut dan dada dapat mengurangi tekanan pada bagian bawah dengan mendistribusikan beban tubuh.

G. Yang harus dikerjakan bila terjadi LBP:
1. Aktivitas dikurangi (istirahat)
48-72 jam gunakan es, setelah itu gunakan modalitas panas
Beri anti nyeri
Muscle relaxant
2. Posisi tidur
Sebelumnya berendam air hangat
Relaxasi
Bantal di belakang lutut

H. Tanda-tanda bahaya LBP:
1. Panas
2. Nyeri hebat
3. Numbness. weakness, kehilangan sensasi pada tungkai
4. Kehilangan kontrol BAB, BAK
5. "Canda Equina Syndrome"
-Dull back pain
-Numbness di bokong, genital area
-Kehilangan kontrol BAB / BAK

Selasa, 03 Mei 2016

Cerebral Palsy

Istilah "cerebral palsy", yang dipergunakan secara luas, meliputi kelainan sistem saraf yang ditandai dengan gejala kelumpuhan pada masa bayi atau kanak-kanak. Kelompok heterogen ini mencakup kelainan dan kerusakan pada sistem saraf yang terjadi di dalam uterus, pada saat lahir atau pada masa postnatal yang dini, dan kelainan tersebut disebabkan oleh efek dalam pertumbuhan, trauma lahir, anoxia postnatal, encephalitis atau meningitis intrauterin, cerebrovasculer accident pada masa infancy dan kernicterus.
Cerebral Palsy terdiri atas berbagai tipe: spastik, athetoid, ataxic, rigid dan tremorous. Kombinasi kelompok-kelompok ini sering ditemukan dan dapat disertai efek saraf lainnya yang penting seperti gangguan berbicara, dysphasia, apraxia, hemianopsia dan retardasi mental. Cedera pada otak pada saat lahir harus kita pikirkan kalau terjadi kegelisahan, kesukaran waktu menyusui dan miskinnya gerakan si bayi. Laju perkembangan motorik, kemampuan bicara dan intelektual lainnya dapat mengalami kelambatan pada cerebral palsy. Pada kasus-kasus yang ringan, efek tersebut mungkin tidak diketahui sampai beberapa tahun dan kemudian tampak jelas bahwa anak tersebut terbelakang secara fisik dan intelektual bila dibandingkan dengan anak-anak lainnya dari kelompok usia yang sama.
Insiden yang relatif dari tipe-tipe klinik cerebral palsy, yang digolongkan berdasarkan keluhan motorik yang utama adalah sebagai berikut: spastik 65%, athetoid 25%, rigid, tremorous, ataxic 10%
Hemiplegia spastik infantil merupakan bentuk cerebral palsy yang paling sering terjadi dan kurang lebih berjumlah sepertiga dari semua kasus. Hemiplegia spastik prenatal jarang terjadi (kurang dari 5%) dan disebabkan oleh malformasi otak atau prenatal "stroke" akibat toxemia. Hemiplegia spastik natal merupakan tipe yang paling sering (65%). Predisposing factor meliputi prematuritas serta berat badan lahir yang besar dan mungkin pula debilitas pada bayi baru lahir atau diathesis perdarahan. Trauma akibat forceps dapat menimbulkan cedera otak dan bahaya fisiologis pada saat lahir dapat menyebabkan cedera kepala fetus yang menjadi penyulit selama persalinan. Disproporsi pelvis, dystocia atau induksi pitocin dapat memperburuk trauma fisiologis. Hemiplegia spastik infantil postnatal sering terjadi (melebihi 30%).Hemiplegia ini terdiri atas lebuh daripada 90% dari seluruh cerebral palsy postnatal, karena sebagian besar cedera otak postnatal adalah unilateral. Biasanya hemiplegia spastik infantil postnatal disebabkan oleh trauma kepala, infeksi dan encephalitis serta kerusakan vasculer. Aphasia motorik sering ditemukan hanya pada hemiplegia kanan postnatal.
Retardasi mental dan serangan konvulsi umumnya terjadi pada segala bentuk hemiplegia spastik infantil. Biasanya ekstremitas atas lebih terkena daripada ekstremitas bawah. Handikap sensorik lebih berat daripada motorik karena proprioseptif dan diskriminasi bentuk menghilang. Kegagalan pertumbuhan dapat berasal dari cerebri sebagai akibat terkenanya gyrus postcentralis. Hemianopsia dapat terjadi setelah kerusakan lobus occipitalis.
Pengobatan pasien-pasien athetosis dengan diazepam (valium), 2-20 mg per hari, ternyata memberikan hasil yang baik.

Kamis, 14 April 2016

Down's Syndrome

Defisiensi mental pada bayi dengan gambaran wajah dan tubuh yang secara superficial menyerupai muka dan tubuh keturunan Mongol dinamakan mongolism. Kini, istilah yang lebih baik adalah Down's Syndrome. Pertumbuhan fisik dan mental pada penderita sindroma ini mengalami retardasi. Kerapkali sindroma tersebut disertai brachycephaly, muka yang mendatar, fissura palpebra yang sempit dan sipit. epicanthus, lidah yang melebar dan kasar, tubuh yang pendek dan anomali kongenital skeletal serta viscera. Acapkali terdapat sebuah lipatan yang melintang pada tangan.
Trisomy pada chromosom yang bernomor 21 terjadi pada sebagian besar kasus Down's Syndrome, yang merupakan salah satu dari penyebab mental retardation yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Juga terjadi translokasi chromosom 21 dengan anggota pasangan chromosom yang bernomor 15,21 atau 22. Frekuensi kasus trisomy 21 meningkat bersama dengan makin launjutnya usia Ibu. Kasus translokasi bertanggung jawab sebagai keadaan pembawa pada Down's Syndrome, familial Down's Syndrome dan pada terjadinya Down's Syndrome diantara ibu-ibu yang berusia muda.

Selasa, 12 April 2016

Gait (Gaya Berjalan)

Tipe-tipe gait:
1. Tabetic atau Ataxic Gait
Merupakan ciri khas penyakit pada columna posterior dan timbul akibat hilangnya sensasi proprioseptif pada ekstremitas. Pasien-pasien seperti ini berjalan dengan langkah-langkah yang lebar, membantingkan kakinya dan biasanya mengamati tungkainya sehingga mengetahui dimana tungkainya berada. Pada keadaan gelap atau mata tertutup, ataxia semakin memburuk. Gerakan yang canggung dan tidak menentu merupakan ciri khas. Kaki diletakkan terpisah terlalu lebar anatara yang satu dengan yang lainnya, dan ketika melangkah penderita mengangkat kaki dengan tiba-tiba dan terlalu tinggi untuk kemudian membantingkan atau menghentakkannya kuat-kuat pada lantai. Timbul ketidakteraturan dalam jarak setiap langkahnya, berjalan terhuyung-terhuyung dan limbung, biasanya dengan deviasi ke salah satu sisi.

2. Hemiplegic Gait
Tungkai yang sakit tampak kaku dan diayunkan pada panggul dengan gerak setengah lingkaran oleh gerakan tubuh; pasien doyong ke sisi yang sakit dan lengan pada sisi tersebut berada dalam keadaan kaku serta semifleksi. Suatu gaya berjalan yang serupa terjadi pada setiap gangguan yang menyebabkan paggul atau lutut tidak bergerak. Ekstremitas yang sakit dan spastik digerakkan ke depan dengan susah payah karena mobilitas sendinya terganggu. Jari-jari kaki pada tungkai yang hemiplegia cenderung tertarik ke bawah, sehingga gerakkan abduksi dan circumduksi dari ekstremitas diperlukan untuk menggerakan ke depan.

3. Scissors Gait
Merupakan ciri khas paraplegia spastik. Kedua tungkai adduksi, menyilang silih berganti di depan tungkai yang satu dengan lutut saling begesek. Akibatnya langkah-langkahnya pendek dan jalannya menjadi lambat. Kedua tungkai spastik. Ekstremitas bawah tersebut bergerak ke depan dengan sikap yang kaku, tersentak-sentak dan kadang-kadang disertai gerakan kompensasi yang menonjol dari tubuh dan ekstremitas atas.

4. Drunken atau Staggering Gait
Gaya berjalan terhuyung-huyung ini terlihat pada alkoholisme akut yang dapat pula terjadi akibat keracunan obat, neuritis multiple, tumor otak, multiple sclerosis atau paresis umum.

5. Waddling atau Clumsy Gait
Gaya berjalan terombang-ambing ini terjadi akibat dislokasi sendi panggul atau distrofi otot dengan kelemahan panggul. Pada kedua keadaan tersebut, otot-otot badan dipaksa bekerja sehingga penderita terombang-ambing ke kanan dan ke kiri. Kelemahan otot badan dan lengkung panggul menyebabkan pelvis miring. Gaya berjalan terombang-ambing ini terjadi akibat kesukaran dalam mempertahankan pelvis dengan sudut yang tepat terhadap ekstremitas penunjang berat tubuh, dengan jatuhnya pelvis ke sisi kiri yang tidak menunjang sebaliknya, sebagai suatu kompensasi berlebihan, menimbulkan gerak tubuh ke sisi yang menunjang. Distrofi otot mempunyai ciri khas berupa kelemahan otot-otot badan dan lengkung panggul, yang menyebabkan punggung melengkung ke depan, perut menonjol dan gaya berjalan terombang-ambing.

6. Steppage Gait
Ditandai oleh gerakan lutut yang tinggi dan kaki terkulai. Bahkan kalau tungkai diangkat, jari-jari kaki terseret sepanjang lantai, terjadi pada paralisis. Kelompok otot tibialis anterior, seperti pada neuritis alkohol, cedera nervus peroneus, poliomyelitis dan atrofi muscular progesif. Kalau terjadi food drop bilateral, maka gaya berjalannya dapat menyerupai gaya berjalan seekor kuda yang mengangkat kakinya tinggi-tinggi.

7. Cerebellar Gait atau Ataxia
Ditandai oleh irregularitas dan keadaan limbung yang nyata dengan vertigo dan cenderung terhuyung-huyung ke satu sisi. Ekstremitas bawah tampak lemas; gerakan tungkai untuk melangkah dimulai lambat-lambat tetapi kemudian secara kasar, mendadak dan tidak menentu tungkai tersebut dijatuhkan ke depan serta tiba di lantai dengan hentakkan. Langkahnya lebar, irregular, terhuyung-huyung atau menyimapang dengan langkah yang limbung pada saat membelok.

8. Propulsion atau Festination Gait
Gaya berjalan propulasi pada paralisis agitans ditandai oleh sikap tubuh yang limbung ke depan dan langkah-langkahnya diseret, yang mula-mula dimulai dengan perlahan dan kemudian makin menjadi cepat. Penderita dengan gambaran Parkinsonisme yang klasik memperlihatkan sikap tubuh yang miring, langkahnya pendek-pendek dan kerapkali makin bertambah cepat sehingga seolah-olah penderita tengah mengejar pusat gravitasinya.

9. Hysterical Gait
Gaya berjalan histerik menyerupai berbagai paralisis (misalnya monoplegia, hemiplegia atau paraplegia) tetapi berbeda dengan bentuk-bentuk organik pada gejala yang lebih nyata dan lengkap, dengan kemampuan menggunakan tungkai tersebut dalam keadaan darurat. Gata berjalannya tampak aneh dan tidak masuk di akal, ditandai oleh gerakan mengatur keseimbangan yang berlebih-lebihan dan tidak terlihat konsisten antara gaya berjalannya dengan kemampuan penderita yang sesungguhnya untuk menggerakkan tungkainya secara volunter. Mungkin terdapat gerakan tiba-tiba, berbentuk zigzag, gerakan nai turun yag irregular atau gerakan yang berlebihan, sangat lambat, ragu-ragu dan slow motion.

10. Astasia-Abasia
Merupakan ataxia histerikal dengan inkoordinasi yang aneh sehingga penderita tidak mampu berdiri atau berjalan padahal semua tungkainya dapat digerakkan dengan normal ketika penderita duduk atau berada di ranjang.

11. Limping Gait atau Antalgic Gait
Kalau timbul rasa nyeri ketika ekstremitas bawah harus menerima bebannya, maka pasien akan meletakkan ekstermitas yang menderita tersebut dengan perlahan-lahan dan mengambil langkah-langkah yang pendek agar kaki yang sakit secepat mungkin bebas dari bebannya. Tungkai yang baik dilangkahkan dengan cepat ke depan dan dihentakkan kuat-kuat ke lantai. Keadaan timpang ini dapat menyertai berbagai keadaan, termasuk memendeknya ekstremitas bawah dan deformitas kaki.